MI11
Rp 27.500,-
Desain unik membuat tampilan Anda lebih ngejreng..., Laba
mengkilat dari bisnis perhiasan manik-manik
Walau
timbul tenggelam, bisnis pembuatan perhiasan dari manik-manik terus mengkilap.
Kurang cocok untuk anak baru gede, pasar terbesar perhiasan manik-manik ini
adalah ibu-ibu dan mahasiswi. Untuk berusaha di bidang ini memerlukan
kreativitas untuk membuat desain menarik.
Bisnis
perhiasan terus menunjukkan prospek yang bagus. Perkembangannya mengikuti tren
yang ada di masyarakat, tak terkecuali usaha perhiasan berbahan manik-manik.
Salah
satu pebisnis perhiasan manik-manik ini adalah Om Syams, pemilik pabrik manik
jombang. Om syams memulai bisnis manik-manik tahun 1996, namun mulai serius
mengikuti berbagai pameran pada tahun 2003.
Om Syams menggunakan batu kristal
dan mutiara dengan untaian wire
jewelry atau kawat
khusus lapis perak impor. Produk Om Syams khusus menyasar wanita umur 30 tahun
ke atas. “Produk saya tidak cocok untuk anak baru gede karena harganya mahal
dan desainnya berat,” katanya.
Inspirasi desain perhiasan
manik-manik yang dihasilkan Om Syams berasal dari media luar negeri, internet,
dan apa yang dilihat oleh Om Syams. Banyaknya pemain yang juga melakukan bisnis
yang sama membuat Om Syams harus lebih kreatif.
Untuk memproduksi perhiasan
manik-manik itu, Om Syams mengupah 5 sampai 10 pekerja. Jumlah pekerja tergantung
pesanan yang masuk. Biasanya satu pekerja dapat mengerjakan 1-3 buah perhiasan
manik-manik per hari. Om Syams mengerjakan 3-4 orderan tiap minggu. Pemesan
biasanya membeli satu set manik-manik yang terdiri dari kalung, gelang, dan
anting-anting.
Agar konsumen tidak kecewa, Om
Syams terlebih dahulu akan melihat karakter pemesan. “Kalau orang tomboi, kami
buatin perhiasan feminim,” ujarnya. Om Syams juga akan memperhatikan untuk
keperluan apa manik-manik itu dipakai, misalnya pesta pernikahan.
Tak hanya membuat dan menjual, Om
Syams juga menyelenggarakan kursus membuat perhiasan manik-manik.Untuk level
dasar, biayanya Rp 250.000 sekali pertemuan selama 2-4 jam. Kelas paling tinggi
tingkat kerumitan biayanya Rp 470.000. Dari kursus ini, Om Syams mendapat
pemasukan Rp 2,5 juta per bulan dari rata-rata 10 murid yang mengikuti.
Omzet dari kursus ditambah bisnis
penjualan manik-manik yang mencapai Rp 10 juta – Rp 15 juta per bulan. Omzet
itu naik menjadi Rp 20 juta – Rp 25 juta bila ada pameran. Dengan margin
40%-50%, keuntungan Om Syams perbulan di atas Rp 5 juta.
Tak hanya Om Syams yang berbisnis
manik-manik, Riski Hapsari pemilik Koleksi Kikie di Jakarta juga berbisnis yang
sama. Dari bisnis ini, Riski mampu mengantongi omzet Rp 7 juta per bulan. Tak
hanya untuk pasar dalam negeri, produksi Riski sudah menembus pasar Malaysia,
Singapura, Australia dan Jepang.
Harga manik-manik yang dihasilkan
Kiki panggilan akrab Riski cukup terjangkau. Dijual mulai harga Rp 25.000 – Rp
75.000 per item, Kiki juga melayani permintaan khusus dengan harga khusus juga.
Seperti juga Om Syams, Kiki menyasar segmen mahasiswi dan ibu-ibu dengan umur
19-35 tahun.
Untuk lebih mengenalkan perhiasan
manik-manik, Kiki juga menyediakan buku tentang cara merangkai aksesori
manik-manik. “Saya membagikannya secara gratis lewat internet,” katanya. Ia
berharap dengan buku yang diberikan maka orang bisa merangkai aksesori yang ia
inginkan.
Kiki bilang, proses tersulit
dalam proses pembuatan perhiasan dari manik-manik adalah penentuan desain dan
model. Kalau sudah menemukan model, ia bisa menyelesaikan pembuatan dalam 30
menit sampai sejam.
Posting Komentar